
AdventureTravel – Mad’u (Sasaran Dakwah)
Da’wah atau upaya untuk menyebarluaskan agama Islam merupakan tugas yang sangat penting dalam kehidupan umat Muslim.
Salah satu kunci kesuksesan da’wah adalah pemahaman yang baik mengenai pengertian mad’u atau target dakwah.
Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan mad’u dan bagaimana cara memposisikan mad’u sebagai sentral da’wah.
Dalam konteks dakwah, mad’u merujuk pada manusia yang menjadi sasaran dakwah, baik sebagai individu maupun kelompok.
Sebagai seorang muslim, memahami konsep mad’u sangat penting karena akan membantu dalam menyusun strategi dakwah yang tepat dan efektif.
Dengan memahami karakteristik dan kondisi mad’u, kita akan mampu menyampaikan pesan-pesan Islam dengan cara yang mudah dipahami dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pengertian mad’u dan bagaimana cara memposisikannya sebagai sentral da’wah.
Dengan membaca artikel ini, pembaca diharapkan dapat memahami karakteristik dan kondisi mad’u sehingga dapat mengembangkan strategi dakwah yang tepat dan efektif.
Selain itu, pembaca juga akan memahami bagaimana cara berkomunikasi dengan mad’u secara efektif dan memahami permasalahan yang sedang dihadapi oleh mad’u sehingga dakwah dapat memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi.
Pengertian Mad’u
Secara bahasa mad’u (مدعو) adalah isim maf’ul dari fiil da’aa (دعا) yang memiliki makna ‘yang diseru.
Mad’u berasal dari bahasa Arab, yang terdiri dari dua kata, yaitu “mad” dan “u”. Kata “mad” memiliki arti “tujuan” atau “sasaran”, sedangkan “u” berarti “ia” atau “mereka”.
Jadi, secara harfiah, mad’u dapat diartikan sebagai “orang yang menjadi tujuan atau sasaran”.
Dalam konteks dakwah, mad’u merujuk pada manusia yang menjadi target dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Artinya, dakwah ditujukan kepada seluruh manusia secara keseluruhan, baik yang beragama Islam maupun tidak, sebagai upaya untuk memperkenalkan ajaran Islam kepada mereka yang belum mengenalnya dan meningkatkan kualitas keimanan bagi mereka yang sudah beragama Islam.
Definisi Mad’u Menurut Ahli
Para ahli memiliki definisi yang bervariasi mengenai pengertian mad’u. Berikut adalah beberapa definisi dari para ahli:
1. Abdul Munir Mulkhan
Menurut Abdul Munir Mulkhan, objek dakwah (mad’u) adalah dua sasaran, yaitu umat da’wah dan umat ijabah.
Umat da’wah adalah masyarakat yang non-muslim, sedangkan umat ijabah adalah mereka yang sudah menganut agama Islam.
Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka mengikuti agama Islam.
Sedangkan bagi mereka yang telah beragama Islam, dakwah bertujuan meningkatkan kualitas keimanan.
2. M. Quraish Shihab
Menurut M. Quraish Shihab, mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah.
Sasaran dakwah itu bisa sebagai individu atau sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak beragama Islam, atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.
3. Hamka
Menurut Hamka, mad’u adalah manusia sebagai sasaran dakwah, baik sebagai individu atau sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak.
Bagi orang yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak mereka masuk Islam. Sedangkan bagi orang yang sudah beragama Islam, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan.
4. Drs. H. M. Arifin Ilham
Menurut Drs. H. M. Arifin Ilham, mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah yang terdiri dari tiga jenis, yaitu:
- Orang yang belum mengenal Islam sama sekali
- Orang yang mengenal Islam, tetapi belum mengamalkannya dengan baik
- Orang yang sudah mengenal Islam dan mengamalkannya, tetapi masih perlu mendapatkan imbingan untuk meningkatkan kualitas imannya.
Dari definisi para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah, baik sebagai individu maupun kelompok, yang bisa beragama Islam maupun tidak.
Dakwah bertujuan mengajak mereka masuk Islam atau meningkatkan kualitas keimanan.
Baca Juga:
- Cara Mendapatkan Uang 25 Juta Dalam Sehari! Auto Kaya!
- 10+ Contoh Analisis SWOT Produk Makanan Ringan
Perbedaan Mad’u dengan Mubaligh
Mad’u dan mubaligh adalah dua konsep penting dalam dakwah. Mad’u adalah sasaran dakwah, yaitu individu atau kelompok manusia yang menjadi objek dakwah.
Sedangkan mubaligh adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang berusaha untuk menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u.
Perbedaan antara mad’u dan mubaligh terletak pada peran dan fokusnya. Mad’u adalah sasaran utama dalam dakwah, sedangkan mubaligh adalah pelaku atau pemberi dakwah.
Mubaligh harus memahami karakteristik dan kondisi mad’u untuk dapat menyampaikan pesan dakwah secara efektif.
Sebagai seorang pemberi dakwah, mubaligh harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam berkomunikasi, serta memilih metode dan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi mad’u.
Dalam konteks dakwah Islam, mubaligh juga diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai ajaran Islam, sehingga dapat menyampaikan pesan dakwah dengan benar dan sesuai dengan tuntunan agama.
Sementara itu, mad’u diharapkan dapat menerima dan memahami pesan dakwah dengan baik, serta menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.
Secara keseluruhan, perbedaan antara mad’u dan mubaligh adalah pada fokus dan peran yang berbeda dalam dakwah.
Mad’u adalah sasaran utama yang harus diperhatikan karakteristik dan kondisinya, sementara mubaligh adalah pelaku dakwah yang harus memahami dan menyampaikan pesan dakwah dengan baik dan benar.
Macam-macam Mad’u
Mad’u dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Mad’u Individual
Mad’u individual adalah individu atau orang per orang yang menjadi sasaran dakwah.
Contohnya adalah seseorang yang belum memeluk agama Islam atau seseorang yang sudah memeluk agama Islam tetapi masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam memperkuat keimanan dan meningkatkan kualitas ibadahnya.
2. Mad’u Kelompok
Mad’u kelompok adalah kelompok atau masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.
Contohnya adalah kelompok masyarakat yang belum memeluk agama Islam atau kelompok masyarakat yang sudah memeluk agama Islam tetapi masih memerlukan pembinaan dalam meningkatkan kualitas keimanan dan ibadahnya.
Selain itu, mad’u kelompok juga dapat berupa masyarakat yang memerlukan bimbingan dalam mengatasi berbagai masalah sosial dan moral yang dihadapi.
Hak dan Kewajiban Mad’u
Mad’u sebagai sasaran dakwah memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dalam proses dakwah. Beberapa hak dan kewajiban mad’u antara lain:
Hak Mad’u:
- Hak atas informasi yang benar dan jelas tentang ajaran Islam.
- Hak untuk diperlakukan dengan adil dan tidak diskriminatif dalam proses dakwah.
- Hak untuk dihargai dan dihormati sebagai individu yang merdeka dan memiliki hak asasi manusia yang sama dengan orang lain.
- Hak untuk memilih dan menjalankan agama yang dikehendaki tanpa tekanan atau paksaan dari pihak manapun.
Kewajiban Mad’u:
- Kewajiban untuk membuka diri terhadap informasi yang disampaikan oleh dai atau mubaligh.
- Kewajiban untuk memahami dengan baik ajaran Islam dan prinsip-prinsip dasarnya.
- Kewajiban untuk bertindak adil dalam setiap situasi, termasuk dalam hubungannya dengan non-muslim.
- Kewajiban untuk menentukan keyakinan sendiri dengan cara yang obyektif dan tidak terpengaruh oleh tekanan dari pihak manapun.
Kedua belah pihak harus memahami hak dan kewajiban masing-masing dalam proses dakwah.
Oleh karena itu, dakwah harus dilakukan dengan cara yang baik, sopan dan tidak memaksa untuk memastikan bahwa hak dan kewajiban mad’u terpenuhi.
Sasaran Dakwah Mad’u
Dalam konteks dakwah, mad’u merupakan sasaran utama dalam upaya penyebaran ajaran Islam.
Mad’u bisa didefinisikan sebagai manusia yang menjadi target dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, yang mencakup manusia secara keseluruhan tanpa terkecuali.
Ada dua sasaran objek dakwah menurut Abdul Munir Mulkhan, yaitu umat da’wah dan umat ijabah.
Umat da’wah adalah masyarakat yang belum beragama Islam, sedangkan umat ijabah adalah mereka yang telah menganut agama Islam.
Dalam dakwah, mad’u memiliki peran yang sangat penting. Bagaimana tidak, keberhasilan dakwah bergantung pada kemampuan seorang mubaligh atau dai untuk menjangkau dan mempengaruhi mad’u dalam memahami ajaran Islam.
Oleh karena itu, mad’u dianggap sebagai sentral dalam dakwah.
Mubaligh tidak akan mampu memperluas jangkauan dakwahnya jika tidak memperhatikan kondisi mad’u, baik dari segi pemahaman, kejiwaan, maupun problematika kekinian yang dihadapi.
Mad’u sebagai Sentral Dakwah
Mad’u adalah objek utama dalam dakwah. Oleh karena itu, mad’u dapat dianggap sebagai pusat dari seluruh aktivitas dakwah yang dilakukan.
Sasaran utama dakwah adalah pemberdayaan masyarakat untuk menjadi komunitas yang baik dan berakhlak mulia.
Dakwah bukan hanya berkaitan dengan aspek keimanan dan ibadah saja, tetapi juga menyangkut aspek sosial seperti pendidikan dan kesehatan.
1. Tingkat Intelektual
Untuk menjadikan mad’u sebagai pusat dakwah, perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, dakwah harus memperhatikan kapasitas pemikiran (tingkat intelektual) suatu masyarakat.
Setiap kelompok masyarakat memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dakwah harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman mereka.
Masyarakat yang lebih sederhana dan bersahaja dapat memahami dakwah dengan mudah dan apa adanya.
Sedangkan masyarakat yang memiliki tingkat intelektual lebih tinggi, dakwah harus disampaikan dengan cara yang lebih kompleks.
2. Psikologis
Kedua, dakwah harus memperhatikan kondisi kejiwaan (psikologis) mad’u. Setiap masyarakat memiliki suasana kejiwaan yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, dakwah yang manusiawi dan sekaligus komunikatif adalah dakwah yang dapat memahami perbedaan psikologis setiap masyarakat dan mencarikan jalan keluar yang tepat dan sesuai dengan suasana kebatinan mereka.
Dalam pemilihan dan penyesuaian materi dakwah menjadi hal penting yang harus diperhatikan.
3. Problematika
Ketiga, dakwah harus memperhatikan problematika kekinian yang harus dihadapi oleh masyarakat. Dakwah harus mampu merespon setiap problematika yang dihadapi oleh masyarakat.
Oleh karena itu, dakwah harus bersifat komunikatif dan interaktif. Komunikatif berarti bahwa dakwah harus memahami dan merespon setiap problematika umat.
Sedangkan interaktif berarti dakwah harus mampu berdialog dengan berbagai pihak dan kelompok dalam rangka mencari solusi dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh umat.
Dengan demikian, dakwah dituntut untuk selalu inovatif dan kreatif dalam menjawab tantangan zaman dan perubahan sosial.
Kesimpulan
Dalam artikel ini, telah kami bahas tentang pengertian mad’u, yakni manusia yang menjadi sasaran dakwah baik sebagai individu maupun kelompok, termasuk yang sudah beragama Islam atau belum.
Dalam melakukan dakwah, mad’u menjadi objek sentral karena merupakan sasaran dakwah yang tertuju pada masyarakat luas, mulai dari diri sendiri, keluarga, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan.
Selain itu, dalam melakukan dakwah, perlu memperhatikan kapasitas pemikiran, kondisi kejiwaan, dan problematika kekinian yang harus dihadapi oleh mad’u.
Dalam hal ini, mubaligh atau dai harus mampu memahami karakteristik mad’u, sehingga pesan dakwah dapat disampaikan secara efektif dan tepat sasaran.
Dalam kesimpulan, dapat disimpulkan bahwa mad’u memiliki peran yang sangat penting dalam proses dakwah.
Oleh karena itu, mubaligh harus memahami karakteristik mad’u dan memperhatikan kondisi sosial, psikologis, dan intelektual mad’u dalam menyampaikan dakwah agar dapat mencapai tujuan dakwah yang diinginkan.
Sumber referensi
- Munir Mulkhan, Abdul. 2013. Dakwah di Era Kontemporer: Sebuah Telaah Konseptual. Jakarta: Kencana.
- Nasution, Harun. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
- Syauqi, Fuad. 2015. Dakwah Islam: Teori dan Praktik. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.
- Al-Qur’an dan Terjemahnya.
- Hadis-hadis Nabi.