Dataran Tinggi Dieng yang mencakup wilayah Wonosobo dan Banjarnegara memang bisa dikatakan sebagai surganya wisata alam. Ada berbagai macam keindahan alam yang tersaji di kawasan ini, seperti kawah, telaga, perbukitan bahkan candi Berbagai macam bentang alam ini sebagian disebabkan karena pada dasarnya kawasan Dieng merupakan gunung berapi raksasa, sehingga di sana banyak ditemui fenomena alam yang berhubungan dengan aktivitas vulkanologi. Termasuk diantaranya adalah telaga warna, yang memiliki kandungan belerang yang tinggi, yang hanya dapat dijumpai di kawasan gunung api. Selain Telaga Warna, di Kawasan wisata Dieng ada juga telaga lain yang tak kalah menariknya, yaitu Telaga Merdada. Telaga Merdada di Dieng merupakan telaga terluas di Kawasan dieng ini. Luasnya telaga ini menjadi alasan diberikannya nama “merdada”. “Merdada” merujuk pada “dada”, yang mengandung makna lapang atau luas. Telaga Merdada terletak di Desa Karangtengah, Kecamatan Batur, Banjarnegara. Telaga dengan luas 25 hektare ini berada di atas ketinggian 2.045 mdpl. Pemandangannya indah dengan dikelilingi perbukitan yang hijau alami, menjadikan suasana di telaga ini tampak asri dan sejuk. Untuk dapat mengitari telaga, pengelola menyediakan dua jenis kayak yang dapat disewa oleh pengunjung. Kayak tersedia dengan kapasitas single dan double. Wisatawan cukup membayar Rp 25.000 untuk kayak yang digunakan sendirian, dan kayak kapasitas dua orang seharga Rp 50.000 selama setengah jam. Sebelum menaiki kayak, pengunjung diharuskan memakai pelampung dan helm. Jika wisata kayak di tempat lain biasa dilakukan di tempat terbuka yang relatif memiliki cuaca hangat, di Merdada, suasana yang disuguhkan jauh berbeda, di ketinggian 2.045 mdpl. Di waktu tertentu, dayungan di telaga tersebut akan mengantar wisatawan ke dalam lautan kabut lengkap dengan tiupan angin dingin khas Dataran Tinggi Dieng. Terlalu jauh mendayung ke tengah telaga pun akan membuat wisatawan tersesat di tengah serbuan kabut. Namun, pemandangannya pun menjadi sangat indah sekali. Seperti berada di negeri atas awan. Setelah selesai bermain kayak, pengunjung disuguhkan makanan tradisional berupa nasi jagung dengan lauk-pauknya seperti peyek ikan asin, tempe kemul dan kluban (urap). Disajikan secara sederhana, pengunjung makan di area dudukan yang disebut dengan jengkok (batang kayu disusun). Ada filosofi dibalik cara ini, di mana setiap orang yang makan secara bersama-sama dan duduk di atas batang kayu memiliki kedudukan yang sama tinggi satu sama lain. Menyantap nasi jagung di pinggiran telaga pun memberikan sensasi tersendiri.
Baca juga:
detik.com sportourism.id www.indonesiakaya.com
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Author
" Traveling – it leaves you speechless, then turns you into a storyteller. " Ibn Battuta Archives
June 2020
Categories
All
|