Tahun 2013 lalu, Cina membuka bandara baru yang dibangun di dataran tinggi di Tibet. Adalah Bandara Daocheng Yading di Tibet, Cina, yang disebut sebagai bandara sipil tertinggi di dunia. Bandara ini terletak di ketinggian 4.411 mdpl. Wow Sebelumnya, rekor bandara tertinggi dipegang bandara Bangda yang juga berada di Wilayah Otonomi Tibet yang terletak di ketinggian 4.334 meter di atas permukaan laut. Tak sembarangan dibangun, bandara ini sengaja dioperasikan sebagai upaya untuk meningkatkan sektor wisata sekaligus memperketat kontrol politik di wilayah barat negeri itu. Menempatkan sebuah bandara di ketinggian seperti itu memang tidak mudah. Karena udara yang tipis, maka mesin pesawat terbang menghasilkan daya dorong lebih kecil dibandingkan bandara di daerah yang lebih rendah. Solusinya, bandara di kawasan tinggi seperti ini harus memiliki landas pacu yang lebih panjang. Untuk itu, landas pacu di bandara Daocheng Yading ini memiliki panjang 4.200 meter, 242 meter lebih pendek dari landas pacu terpanjang di Bandara John F Kennedy, New York. Karena letaknya yang sangat tinggi, penumpang pesawat terbang di kawasan ini telah diperingatkan soal sakit kepala ringan dan berbagai gejala sakit ketinggian saat mendarat. Disarankan juga untuk mengonsumsi obat untuk altitude sickness dan beristirahat lebih dulu untuk aklimatisasi. Namun walau berlokasi di ketinggian seperti itu, ternyata Bandara Daocheng Yading tidak berbahaya seperti bandara lain di Tibet pada umumnya. Kontur tanahnya yang cenderung landai seperti lembah membuat pendaratan jadi lebih aman. Kehadiran bandara tersebut tentunya juga memotong jarak tempuh antara ibukota Chengdu dengan Kota Daocheng. Dari yang tadinya memakan waktu dua jam dengan bus, kini menjadi 65 menit. Kawasan ini merupakan pintu gerbang menuju Tibet, kawasan yang dipromosikan Beijing sebagai sebuah daerah wisata. Bandara Daocheng Yading juga menjadi akses menuju Taman Nasional Yading yang disebut-sebut sebagai Shangri-La terakhir di muka bumi. Lalu terdapat juga tiga danau suci yang sering dikunjungi oleh para peziarah. Langkah ini adalah bagian dari upaya Beijing meredam ketidakpuasan warga asli Tibet terhadap Pemerintah China, dan mencoba menstabilkan kawasan itu lewat pembangunan ekonomi. Selain itu, semakin pendeknya waktu tempuh ke kawasan ini akan semakin memudahkan Beijing untuk mengirimkan pasukan jika terjadi pemberontakan seperti pada 2008 lalu.
Baca juga:
kompas.com detik.com
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Author
" Traveling – it leaves you speechless, then turns you into a storyteller. " Ibn Battuta Archives
June 2020
Categories
All
|