Gambar Sungai Chao Phraya sering kali muncul ketika kita mencari tentang Bangkok. Sungai ini memang telah menjadi salah satu ikon kota Bangkok Bisa dibilang Sungai Chao Phraya adalah urat nadi warga Thailand. Apalagi di masa lalu. Pada era 1900-an, sungai yang membelah kota Bangkok tersebut menjadi jalur perdagangan utama apalagi di masa kejayaan Kerajaan Siam. Zaman di mana perahu lebih banyak daripada gerobak, tak ayal para penduduk mencoba mendulang emas dari kegiatan jual beli di sepanjang sungai. Salah satu dermaga yang terkenal adalah milik East Asiatic Company. Pemiliknya adalah seorang warga negara Jerman bernama Hans Nille Andersen. Dermaga ini disebut-sebut sebagai dermaga internasional pertama yang menghubungkan Kerajaan Siam dengan negara-negara Eropa. Namun perkembangan zaman menggerus semuanya. Para pedagang perlahan-lahan bergeser dari jalur sungai ke jalur darat dan udara. Perlahan-lahan pula dermaga ini mati. Satu abad setelah kejayaannya, di tempat yang sama, dibangunlah sebuah wahana rekreasi bernama Asiatique The Riverfront. Dibuka pada pertengahan tahun 2012 silam, tempat rekreasi ini menggabungkan konsep pasar malam dan pusat perbelanjaan. Menjejakkan kaki ke Asiatique yang terletak di Charoen Krung Road, pengunjung akan dihadapkan dengan bangunan mirip gudang dengan deretan restoran alfresco dining di depannya. Mereka mencoba menggoda dengan beragam sajiannya. Di dalam “gudang” tersebut bersemayam lebih dari 1.000 kios yang menjajakan berbagai macam barang dagangan mulai dari pakaian, suvenir, dan aksesori unik. Di ujung sebelah kiri gudang, terdapat sebuah wahana kincir raksasa bernama Asiatique Sky. Menjulang setinggi 60 meter, di sini kita bisa menyaksikan lanskap kota Bangkok dari ketinggian. Di sebelahnya, berdiri kokoh sebuah bangunan kuno yang sengaja dibiarkan di sana. Bangunan tersebut adalah gedung orisinal dari zaman kejayaan East Asiatic Company. Yang paling mengasyikkan adalah menghabiskan sore hari di salah satu restoran pinggir sungai menjelang matahari terbenam, pesan minuman menyegarkan dan nikmati pemandangan kapal yang lalu lalang. Di malam hari, kita bisa menikmati makan malam di area yang sama atau masuk ke area dalam tempat berdirinya restoran-restoran dengan opsi makanan beragam mulai dari masakan Jepang hingga Italia. Untuk kawasan belanjanya sendiri, di Asiatique dibagi menjadi 4 distrik yaitu Waterfront dengan neon lampu Asiatique yang menjadi ikon. Ada juga Town Square, Charoenkrung dan Factory. Menurut sebuah ulasan, kualitas barang yang dijual lebih bagus dari barang-barang yang ada di pasar malam Bangkok. Tidak pasaran dan modelnya lebih baik. Toko-toko bajunya menjual model ala distro dan factory outlet, ketimbang baju pasaran yang dijumpai di Khao San, Shukumvit, Patpong atau Pratunam Night Market. Untuk harga barang, setara dengan aneka barang sejenis yang wisatawan jumpai di Platinum atau MBK Mall di Bangkok. Artinya lebih mahal sedikit dari night market. Tapi kita pun tetap bisa menawar lho, walaupun tidak bisa menawar sesadis di night market. Yang jelas, Asiatique memang menang suasana dibanding tempat belanja lain di Bangkok. Berada di kawasan Waterfront saja, semua wisatawan betah berfoto-foto pemandangan temaram Bangkok di tepi dermaga bersama hembusan angin malam nan sejuk. Setelah lelah seharian berkeliling ibukota Negeri Gajah Putih. Asiatique bisa menjadi destinasi yang sempurna untuk menutup hari dengan makan enak, suasana tepi sungai yang asyik dan kalau masih banyak sisa tenaga, lanjut belanja di tempat ini.
Baca juga:
Sumber: destinasian.co.id travel.detik.com
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Author
" Traveling – it leaves you speechless, then turns you into a storyteller. " Ibn Battuta Archives
June 2020
Categories
All
|